Seseorang tidak menanggung beban dosa dari kesalahan yang dilakukan orang lain. Sesuai ayat Al Qur'an an-Najm [53]: 38. Di sisi lain, seorang suami berdosa apabila istrinya melakukan maksiat. Lokasi halaman Beranda hadits koreksi hadits "BENARKAH SUAMI MENANGGUNG DOSA ISTRI?" By at 12/10/2016 Di sosial media sampai kini masih banyak tersebar tulisan sebagai berikut''Aku terima nikahnya si dia binti ayah si dia dengan Mas Kawinnya...'' Singkat, padat dan jelas. Tapi tahukah makna "perjanjian/ikrar'' tersebut ? ''Maka aku tanggung dosa2nya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yg telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yg berhubungan dgn si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yg menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak2ku''....Jika aku GAGAL? ''Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku''.HR. MuslimBenarkah hadits ini??JAWAB 1Bismillahirrahmanirrahim,Saya mencoba merujuk kitab Shahih Muslim untuk menemukan penjelasan yang Anda sebutkan, tetapi saya tidak berhasil menemukannya. Bisa jadi kutipan itu salah, sangat besar kemungkinannya bukan bersumber dari hadits. Salah satu indikasinya adalah bahwa isinya tidak sejalan dengan tuntunan al-Qur’an. Al-Qur’an menginformasian kepada kita bahwa "Seseorang tidak menanggung dosa orang lain." Seorang ayah atau ibu tidak menanggung dosa anaknya, suami tidak menanggung dosa istrinya, istri tidak menanggung dosa suaminya. Masing-masing menanggung dosanya sendiri-sendiri. Ini kita pahami dari firman Allah Yaitu bahwa seseorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang sudah ia usahakannya. QS an-Najm [53] 38-39. Makna serupa juga kita dapatkan dalam QS al-Anâm [6] ayat 164, al-Isrâ’ [17] ayat 15, Fâthir [35] 18, dan az-Zumar [39] seorang suami berdosa apabila istrinya melakukan maksiat, memang, tetapi dosa itu bukanlah menanggung dosa kemaksiatan yang dilakukan oleh istrinya, tetapi lebih karena suami tidak membimbing dan mengarahkannya ke arah yang benar. Jika seorang suami sudah menasehati, sudah mengajarkan dasar-dasar agama, sudah pula melarang agar tidak berbuat maksiat, lalu sang istri tetap melakukan maksiat di luar pengetahuan suami, tentu dalam hal ini suami tidak berdosa. Dosa sepenuhnya menjadi beban situ dapat kita katakan misalnya dosa selingkuh yang dilakukan oleh seorang istri tanpa sepengetahuan suami menjadi tanggung jawab penuh sang istri. Tidak ditanggung oleh demikian, seseorang dinilai ikut bertanggung jawab dan berdosa atas perbuatan buruk orang lain kalau dia mempunyai peran dalam perbuatan ada orang meminta kepada kita untuk diantar ke rumah pelacur untuk berzina, misalnya, lalu kita mengantarnya, kita ikut berdosa. Dosa kita itu bukan karena zina yang dilakukan oleh orang tadi, tetapi karena kita berperan atau mempunyai andil membuat dia pergi ke tempat itu. Pada saat itu kita bisa memilih untuk mengantar atau tidak mengantarnya. Pilihan kita untuk mengantarnya itu yang membuat kita berdosa.Maka jika suami mengetahui dan membiarkan istrinya berselingkuh, maka suami juga ikut berdosa. Dosa suami itu bukan akibat perbuatan selingkuh sang istri, tetapi karena sang suami membiarkan istri yang menjadi tanggung jawabnya melakukan a'lamDijawab oleh M. Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'anJAWAB 2Setelah saya baca BM ini Dari awal hingga akhir, tampak jelas bagi kita bhwa lafazh kalimat2 yg tercantum di dalamnya bukanlah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dan saya menduga, yg menyusunnya dan menisbatkannya kepada imam Muslim secara dusta adalah orang2 yg iseng dan tsb diatas bukan hadits, dan tidak ada di kitab Shahih a'lamAllahul musta'an.Dijawab oleh Ust. Muhammad Wasitho Abu Fawaz BERCERMIN DARI KISAH NABI TERDAHULUDalam kisah Nabi Luth alaihissallam dan Nabi Nuh alaihissallam, kita dapat melihat kisah tentang isteri mereka, adakah mereka beriman? Tidak! Ia dijelaskan dalam Quran. Adakah disebabkan mereka kufur, Nabi Luth dan Nabi Nuh yang menanggung dosa mereka? Adakah Nabi Luth dan Nabi Nuh akan diseret ke neraka oleh malaikat penjaga neraka dan menyiksa tubuhnya hingga hancur? Sudah tentu tidak! Ia menunjukkan bahwa dosa isteri mereka tidak ditanggung oleh kitab Riyadhus Shalihin, Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah berkata"Ketika surat As-Syu'ara 214 turun yang artinya "Dan berilah peringatan kepada kaum keluarga-mu yang dekat-dekat" lalu Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam mengundang kaum Quraisy, kemudian merekapun berkumpullah, undangan itu ada yang secara umum dan ada lagi yang khusus, lalu beliau bersabda"Hai Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Murrah bin Ka'ab, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Syams, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Manaf, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Hasyim, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdul Muththalib, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Fathimah - puteri Rasulullah shallallahu alahi wasallam., selamatkanlah dirimu dari neraka, karena sesungguhnya saya tidak dapat memiliki sesuatu untukmu semua dari Allah - maksudnya saya tidak dapat menolak siksa yang akan diberikan oleh Allah padamu, jikalau engkau tidak berusaha menyelamatkan diri sendiri dari neraka. Hanya saja engkau semua itu mempunyai hubungan kekeluargaan belaka - tetapi ini jangan diandal-andalkan untuk dapat selamat di akhirat. Saya akan membasahinya dengan airnya.” "Jika diperhatikan kata-kata Rasulullah kepada Fatimah. Baginda mengingatkan kepada anak perempuannya sendiri bahwa Baginda ayahnya tidak dapat menolak siksa Allah kepadanya, jikalau dia sendiri tak selamatkan dirinya. Hal ini bermakna, dosa masing-masing ditanggung oleh diri BERDUSTA ATAS NAMA RASULULLAH“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” HR. Al-Bukhari no. 107 dan Muslim no. 3Oleh karena itu, terkait dengan broadcast message BM atau pesan berantai yang disebar luaskan oleh sosial media terutama yang mengatas namakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam hendaknya kita selalu berhati-hati, jangan sampai kita termasuk orang yang ikut menyebarkan hadits palsu yang tentunya mengandung kemungkaran. Usahakan untuk selalu mengecek kebenaran sebelum kita a'lamSemoga bermanfaat Baca Juga Info Penting langganan artikel menerima tulisan, informasi dan berita untuk di posting menerima kritik dan saran, WhatsApp ke +62 0895-0283-8327 6asbab mengapa Redha Suami penting buat isteri. 1. Suamimu dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dewasa, dia memilih mencintaimu yang 'BAHKAN BELUM TENTU KAMU MENCINTAINYA SEUMUR HIDUPMU', bahkan seringkali rasa cintanya padamu lebih besar daripada rasa cintanya kepada ibunya sendiri. 2.
 Lifestyle Inspirasi & Unik Kamis, 9 Juni 2022 - 0418 WIB VIVA – Kehidupan pernikahan sudah seharusnya dijalani dengan sebaik-baiknya sebab termasuk sebagai ibadah kepada Allah SWT. Dalam berumah tangga alangkah baiknya bila dilandasi syariat Islam. Salah satunya adalah istri yang berbakti pada suami, karena suami adalah pintu surga bagi istri. Sebagai mana dalam hadits, Rasulullah berfirman“Kalau saya boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya”. HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan Ibnu Majah Albani mengatakan hadits ini hasan Shahih. Mengutip Salamdakwah Berbakti pada suami juga bertujuan agar istri terhindar dari dosa dan murka Allah SWT. Sebab, ada beberapa tindakan-tindakan yang sering dianggap remeh padahal termasuk sebagai dosa besar bagi sang dari dari beberapa sumber, berikut VIVA telah merangkum 9 dosa besar istri terhadap suami yang wajib kamu ketahui agar terhindar dari murka Allah. Salah satunya sering Menentang perintah suamiDalam rumah tangga, sudah seharusnya istri menjalankan kewajibannya terhadap suami, selain itu istri juga harus menuruti perkataan suami baik larangan atau permintaan tolong selagi semuanya masih dalam hal kebaikan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW berikut“Seorang istri belum menunaikan hak Rabbnya, sebelum dia menunaikan hak suaminya. Seandainya suami meminta pelayanan dirinya dalam kondisi dia di dapur, maka dia tidak diperkenankan untuk menolaknya.” HR. Ibnu Majah, 1853 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, 1938. Mengutip Salamdakwah Halaman Selanjutnya 2. Menolak hubungan suami istri
Suamiyang memiliki perasaan benci kepada istri Tentunya memiliki sifat benci terhadap istri merupakan salah satu bentuk dosa suami terhadap istri. RasulullahShalallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan akan hal ini melalui hadis berikut : "Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman.
PERNIKAHAN yang sakinah mawaddah warahmah adalah dambaan bagi semua pasangan suami istri muslim. Namun dalam beberapa kasus, hal itu tidak bisa digapai karena sang istri durhaka kepada suami. Namun dalam artikel kali ini kita akan mengulas dosa apa saja yang dilakukan kepada istri yang harus dihindari seorang suami. Berikut beberapa kategori dosa suami kepada istri yang dijelaskan dalam dalil Alquran dan hadis Tidak Mengajarkan Ilmu Agama Dosa suami kepada istri yang pertama adalah tidak mengajarkan ilmu agama. Suami wajib memelihara diri dan keluarga yang dipimpinnya dari perihnya azab kubur dan siksa neraka sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala berikut يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu & keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia & batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras & tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan apa yang diperintakan,” QS. At-Tahrim6. BACA JUGA 32 Dosa Suami terhadap Istri Tidak Setia terhadap Istri Dosa suami kepada istri yang berikutnya adalah tidak setia. Di zaman ini, begitu banyak kita menemukan seorang suami yang berselingkuh terhadap istrinya. Salah satu penyebabnya adalah pandangan suami yang tidak terjaga. Allah SWT berfirman, Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya”. [QS An Nur 30-31]. Tidak Memberi Nafkah Sudah banyak contoh para suami yang tak malu menelantarkan istrinya tanpa uang nafkah atau uang belanja sama sekali. Padahal hal ini merupakan dosa yang luar biasa. Bayangkan seorang perempuan yang telah rela meninggalkan kedua orangtuanya untuk hidup mengabdi pada suami. Bahkan rela mengandung anak dan melahirkannya untuk sang suami, namun diperlakukan tidak layak karena tidak diberi nafkah lahir. Sungguh suami telah berbuat dosa besar jika melakukan hal ini. ”Rasululluah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, seseorang cukup dipandang berdosa bila ia menelantarkan belanja orang yang menjadi tanggung jawabnya,” Dawud, Muslim, Ahmad, dan Thabarani. Membiarkan Istri Bekerja untuk Mencari Nafkah Saat ini banyak istri yang memilih untuk bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Namun hal ini sering dijadikan kesempatan suami untuk bermalas-malasan sehingga mengandalkan istrinya untuk mencari uang. ”Tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh seorang wanita,“ Bukhari,Tirmidzi,dan Nasa’i. Tidak Memiliki Rasa Cemburu Dalam rumah tangga, sifat cemburu sangat diperlukan sebagai bumbu dalam cinta, namun tentu saja hal ini tidak diperbolehkan dilakukan dengan berlebihan. Berikut hadits yang menjelaskan mengenai hal ini “Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts,” An-Nasa’i dinilai hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah 674. Ad-Dayyuts dayus adalah lelaki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarga/istrinya. BACA JUGA Suami Penanggung Dosa Istri? Benci kepada Istri Tentunya memiliki sifat benci terhadap istri merupakan salah satu bentuk dosa suami terhadap istri. Rasulullah telah mengingatkan akan hal ini melalui hadis berikut “Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya,” HR. Muslim. Menyebarkan Aib Istri Aib istri tentu juga merupakan aib suami yang harus ditutupi, bukan yang harus disebarluaskan, sebab jika demikian maka suami telah melakukan dosa terhadap istri. “Sesungguhnya di antara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia menyebarkan rahasia-rahasia isterinya,” Muslim. Terburu Buru Mentalak Dalam rumah tangga pasti ada masalah. Namun hal ini harus disikapi dengan dewasa. Suami yang mempunyai hak dalam mentalak jangan gampang menjatuhkan talak. Suami harus berpikir dua kali ketika akan melakukannya. Di sinilah kedewasan diuji. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ، وَهَزْلُهُنَّ جِدٌّ النِّكَاحُ وَالطَّلاَقُ، وَالرَّجْعَةُ. “Tiga hal yang bila dikatakan dengan sungguh-sungguh akan jadi dan bila dikatakan dengan main-main akan jadi pula, yaitu nikah, talak dan rujuk.” Poligami Tanpa Mengindahkan Syariat Islam tidak melarang poligami, namun hal ini harus mengikuti syariat islam. Sebab jika dilakukan di luar syariat islam, maka ini bisamenjadi dosa suami kepada istri. Firman Allah Ta’ala وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا۟ فِى ٱلْيَتَٰمَىٰ فَٱنكِحُوا۟ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ فَوَٰحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُوا۟ “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya,” An-Nisa 3. BACA JUGA Racun Pembunuh Suami Tidak Mau Membantu Istri dalam Pekerjaan Rumah Tidak sedikit suami yang tidak mau membantu pekerjaan domestik rumah tangga, padahal Rasulullah sendiri telah mencontohkan untuk membantu istri dalam persoalan rumahan sekalipun. “Beliau Rasulullah membantu pekerjaan isterinya & jika datang waktu solat, maka beliau pun keluar untuk solat,” HR. Bukhari. Menyakiti dan Berbuat Buruk kepada Istri Menyakiti istri secara fisik tanpa alasan yang syar’i merupakan bentuk perbuatan dosa suami. Sebab perempuan tentu merupakan kaum yang harus dilindungi. Selain merupakan perbuatan dosa, menyiksa istri secara fisik juga merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang dapat dipidana. “Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya…” Ibnu Majah disahihkan oleh Syeikh Albani. Bersikap Buruk kepada Istri tapi Baik Terhadap Orang Lain Padahal yang paling berhak menilai seseorang itu baik atau buruk bukanlah orang lain, melainkan pasangan kita sendiri. Karena pria yang paling baik adalah yang baik kepada keluarganya. “Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik–baik kalian adalah yang paling baik tehadap isteri-isterinya,” at-Tirmidzi, disahihkan oleh Syeikh Albani. BACA JUGA Sedang Puasa Qadha, Diajak Suami, Saya Harus Bagaimana? Meremehkan Kedudukan Istri Suami dan istri memang memiliki kedudukan yang berbeda, namun tentunya hal ini tidak lantas membuat suami meremehkan kedudukan istri. Bahkan istri memiliki posisi yang istimewa, penghargaan Islam terhadap kaum wanita sebagaimana tersebut dalam hadits nabi اَلْمَرْأَةُ عِمَادُ الْبِلَادِ اِذَاصَلُحَتْ صَلُحَ الْبِلَادُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْبِلَادُ حديث “Wanita adalah tiang negara jika wanitanya baik maka baiklah negara, dan bila wanita buruk maka negara juga ikut buruk”. Itulah tiga belas dosa suami terhadap istri yang seharusnya bisa kita hindari demi terciptanya rumah tangga yang diidam-idamkan. Wallahu a’lam bishawwab. []

Bahwadosa-dosa istri itu akan ditanggung suami. Aku baru saja menerima posting seorang teman yang sedang gundah. Tentang "Renungan Pagi" di sebuah grup wa. Bahwa dosa-dosa istri itu akan ditanggung suami. Login; Register; Rabu, 19 Januari 2022. Dukung kami dengan donasi melalui Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58

Tanggungjawab seorang suami sangat berat dalam Islam. Mereka bertanggungjawab untuk menyediakan nafkah serta mendidik ahli keluarga dengan ilmu agama yang mencukupi. Malah, sikap seorang anak dan isteri juga sering dikaitkan dengan didikan suami atau ayah. Jika si isteri atau anak-anak berkelakuan tidak elok, perbuatan mereka akan dinisbahkan kepada ketua keluarga. Pun begitu, sejauh mana mereka bertanggungjawab atas kesalahan isteri dan anak-anak? Bagaimana pula dengan kisah isteri derhaka terhadap suami mereka yang soleh seperti kisah Nabi Nuh dan Nabi Luth? Untuk lebih memahami maksud sebenar suami menganggung dosa isteri’, mari kita baca penjelasan oleh Mufti Wilayah Persekutuan seperti berikut. Soalan Adakah sahih suami akan menanggung segala dosa isterinya? Jawapan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda SAW, sahabat baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah baginda SAW. Di dalam al-Quran banyak ayat yang memerintahkan agar setiap daripada manusia itu menjaga diri mereka dan juga orang-orang yang berada di sekitar mereka daripada melakukan maksiat atau dosa. Antara firman Allah SWT yang menceritakan perkara tersebut adalah Firman Allah SWT يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا al-Tahrim6 Maksudnya “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu serta ahli keluarga kamu dari api neraka.” Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi dalam tafsirnya menyatakan makna ayat ini ditujukan kepada setiap insan yang mengaku beriman kepada Allah SWT agar mereka menjauhi diri mereka daripada api neraka dengan melakukan perkara kebaikan serta menjauhi diri daripada melakukan perkara maksiat dan ahli keluarga mereka dengan cara menasihati mereka, menunjukkan jalan yang benar kepada mereka dan menyuruh mereka melakukan perkara yang ma’ruf serta mencegah diri daripada melakukan perkara munkar. Di samping itu, Imam al-Qurthubi menukilkan daripada pendapat Qatadah dan Mujahid bahawa maksud memelihara diri adalah memelihara diri dengan menjaga tingkahlaku dan memelihara ahli keluarga pula adalah dengan menasihati mereka. [Lihat Tafsir al-Wasith, 476/14] Setiap insan tak akan menanggung dosa orang lain Berdasarkan soalan di atas, secara asalnya di dalam syara’ setiap insan itu tidak akan menanggung dosa orang lain. Ini berdasarkan firman Allah SWT وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا al-An’am164 Maksudnya “Dan tiadalah kejahatan yang diusahakan oleh setiap orang itu melainkan orang itu sahaja yang akan menanggung dosanya.” Imam al-Hafiz Ibn Kathir mengatakan ketika menafsirkan ayat ini bahawa ayat ini menceritakan perihal hari Kiamat ketika berlakunya pembalasan, hukuman dan pengadilan daripada Allah SWT. Selain itu, setiap jiwa itu akan diberi ganjaran berdasarkan setiap amalannya. Jika baik amalannya, maka baiklah pembalasannya. Dan jika buruk amalannya, maka buruklah pembalasannya. Gambar hiasan. Kredit Google Ini kerana, setiap jiwa manusia itu tidak akan memikul kesalahan dosa orang lain. Hal ini membuktikan akan keadilan Allah SWT sepertimana firman Allah SWT [Lihat Tafsir Ibn Kathir, 383-384/3] وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ وَإِن تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ Fatir18 Maksudnya “Dan ketahuilah bahawa seorang pemikul itu tidak akan memikul dosa perbuatan orang lain dan jika berat tanggungannya dengan dosa, lalu memanggil orang lain untuk menolong agar dipikul sama bebanan tersebut, maka tidak akan dapat dipikul sedikitpun daripadanya walaupun orang yang meminta pertolongannya itu daripada kaum kerabatnya sendiri.” Melihat kepada ayat dan kenyataan daripada Imam Ibn Kathir di atas, jelas menunjukkan di dalam syara’ bahawa setiap insan yang sempurna akal fikirannya dan telah baligh mukallaf, dosanya itu akan ditanggung oleh dirinya sendiri tidak kira apa statusnya sama ada dia seorang suami, isteri, ayah, ibu, anak atau selain daripadanya. Dosa suami jika tidak bertanggungjawab Adapun, suami itu atau sesiapa sahaja akan berdosa bila mana dia tidak melaksanakan tanggungjawab yang telah diamanahkan kepadanya seperti menasihati isteri dalam perkara yang ma’ruf dan menghalangnya daripada melakukan perkara yang munkar. Perkara ini ada dinyatakan di dalam sebuah hadith iaitu Daripada Abdullah bin Umar RA, bahawa Nabi SAW bersabda أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ Maksudnya “Ketahuilah bahawa setiap daripada kamu adalah pemimpin, dan kamu akan ditanya berkaitan orang dibawahnya. Seorang Imam ketua atau pemimpin ke atas manusia adalah pemimpin dan dia akan ditanya mengenai kepimpinannya. Dan seorang lelaki adalah pemimpin kepada keluarganya dan dia akan ditanya berkaitan perihal mereka ahli keluarganya.” [Riwayat Muslim 1829] Imam al-Nawawi berkata yang dimaksudkan dengan pemimpin di dalam hadith ini sebagaimana yang dikatakan oleh ulama’ adalah seorang penjaga yang telah diamanahkan dan beriltizam dalam memperbaikkan setiap perkara yang dilakukan terutama orang yang berada dibawah penjagaannya. Jika terdapat kekurangan terhadap orang berada dibawah penjagaannya, maka dia dipertanggungjawabkan untuk mengadilinya jika berlaku kezaliman serta menguruskan keperluan yang diperlukannya orang yang berada di bawah sama ada perkara itu melibatkan agama, dunia atau mana-mana perkara yang berkaitannya. [Lihat al-Minhaj Syarah Sahih Muslim, 213/12] Selain itu juga, di dalam al-Quran terdapat firman Allah SWT yang menunjukkan bahawa lelaki merupakan pemimpin buat wanita. Antaranya Firman Allah SWT الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ al-Nisa’34 Maksudnya “Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan.” Gambar hiasan. Kredit Google Suami wajib menyuruh wanita patuhi hak Allah Kata Syeikh al-Sa’di, maksud lelaki adalah pemimpin di dalam ayat ini adalah kaum lelaki wajib menyuruh wanita isteri menunaikan hak-hak Allah seperti menjaga perkara-perkara yang fardhu dan menghalang mereka daripada melakukan perkara maksiat. Ayat ini menunjukkan tanggungjawab kaum lelaki suami terhadap wanita isteri dalam memastikan mereka menjalankannya hak-hak tersebut. [Lihat Taysir al-Karim, 177] Tak berdosa jika telah laksanakan tanggungjawab sebaiknya Bagi menjawab persoalan di atas, kami katakan bahawa si suami sama sekali tidak akan menanggung dosa isterinya jika si suami itu telah melaksanakan tanggungjawabnya dengan sebaik mungkin. Adapun, jika si isteri masih melakukan perkara maksiat setelah ditegur dinasihati atau si isteri melakukan maksiat di belakang suami tanpa pengetahuan suami maka si isteri itu tetap berdosa dan suami tidak akan sama sekali menanggung dosa-dosa tersebut. Ini kerana, tanggungjawab adalah untuk menasihati isteri kerana ia merupakan satu kewajipan yang perlu dilakukan dan perkara itulah yang akan dipersoalkan di hadapan Allah SWT di Akhirat kelak jika si suami cuai dalam mendirikan hal tersebut. Untuk itu, kami tegaskan bahawa kenyataan bahawa suami akan menanggung segala dosa isteri adalah tidak benar kerana ia bertentangan dengan dalil-dalil yang telah kami sebutkan di atas. Penutup Kesimpulannya, setiap insan mukallaf akan menanggung dosanya sendiri di hadapan Allah SWT apabila tiba hari pengadilan dan setiap insan itu sama sekali tidak akan membawa atau menanggung dosa orang lain apabila dia telah melaksanakan tanggungjawabnya dengan sebaik mungkin. Akhirnya, semoga Allah SWT mengurniakan kita isteri-isteri yang solehah dan menjadikan keluarga yang terbina itu penuh dengan sakinah ketenangan, rahmah rahmat dan mawaddah kasih sayang. Amin. Wallahua’lam Sumber Mufti Wilayah Persekutuan

Banyakyang mengatakan jika dosa istri ditanggung suami. Ustadz Abdul Somad pun memberikan penjelasan penting tentang apakah dosa istri ditanggung suami. Baca Juga: Segala Hajat Cepat Terkabul Dengan Dahsyat Hanya Dengan 1 Amalan Ini, Ungkap Syekh Ali Jaber. Seorang suami memiliki kewajiban dan tanggung jawab melindungi istri dan keluarganya. Suami Menanggung Dosa Istri? Apakah suami menanggung dosa istri ketika istri tidak berjilbab atau membuka aurat di depan orang lain? Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Kaidah secara umum yang disebutkan Allah dalam al-Quran, وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Pernyataan ini Allah sebutkan 4 kali dalam al-Quran, di surat al-An’am 164, al-Isra 15, Fathir 18, dan az-Zumar 7. Karena setiap jiwa menanggung amalnya sendiri-sendiri. Allah berfirman, كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ “Setiap jiwa tergadaikan dengan amalnya.” QS. al-Muddatsir 38. Termasuk maksiat yang dilakukan seseorang, dia sendiri yang akan menanggungnya. Bukan orang lain. Mendapat Cipratan Dosa Hanya saja, bisa saja orang mendapatkan cipratan dosa, karena maksiat yang dilakukan orang lain. Dan itu terjadi karena beberapa sebab. Diantaranya, Pertama, Menjadi pelopor maksiat Gara-gara keberadaan orang ini, masyarakat menjadi kenal maksiat. Atau semakin berani melakukan maksiat. Sehingga dia turut mendapatkan saham dosa dari semua orang yang terpengaruh dengannya dalam melakukan maksiat. Karena yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin, إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata Lauh Mahfuzh.” QS. Yasin 12 Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan nilai dosa akibat menjadi pelopor maksiat, مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء “Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” HR. Muslim 2398. Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang menirunya atau menyebarkannya. Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا “Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya. Kedua, mengajak orang lain melakukan maksiat Dia mengajak masyarakat untuk bermaksiat, meskipun bisa jadi dia sendiri tidak melakukannya. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan. Allah berfirman, menceritakan keadaan orang kafir kelak di akhirat, bahwa mereka akan menanggung dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap orang yang mereka sesatkan, لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka disesatkan. QS. an-Nahl 25 Imam Mujahid mengatakan, يحملون أثقالهم ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من العذاب شيئًا Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab karena dosa orang yang mengikutinya. Tafsir Ibn Katsir, 4/566. Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya. Ketiga, Membiarkan kemunkaran terjadi di tengah keluarganya, padahal dia mampu mengingatkannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan kita untuk mengingkari kemungkaran yang ada di hadapan kita. Baik dengan tangan, lisan, atau minimal hatinya membenci. Dalam hadis dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ “Siapa yang melihat kemungkaran hendaklah meluruskannya dengan tangannya, maka jika tidak sanggup hendaklah meluruskan dengan lisannya, jika tidak sanggup hendaklah dia meluruskan dengan hatinya dan ini adalah iman yang paling lemah.” HR. Muslim 49. Bagian dari pengingkaran terhadap kemungkaran itu adalah menjauhinya dan tidak bergabung dengan pelaku kemungkaran. Allah ingatkan para hamba-Nya untuk tidak kumpul dengan orang munafiq, وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ “Sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sungguh jika kalian tidak menyingkir, berarti kalian serupa dengan mereka.” QS. an-Nisa 140 Allah sebut, orang yang ikut nimbrung bersama orang kafir atau orang munafiq dalam melakukan kekufuran dengan “jika kalian tidak menyingkir, berarti kalian serupa dengan mereka.” Al-Qurthubi mengatakan, فَدَلَّ بِهَذَا عَلَى وُجُوبِ اجْتِنَابِ أَصْحَابِ الْمَعَاصِي إِذَا ظَهَرَ مِنْهُمْ مُنْكَرٌ ؛ لِأَنَّ مَنْ لَمْ يَجْتَنِبْهُمْ فَقَدْ رَضِيَ فِعْلَهُمْ ، وَالرِّضَا بِالْكُفْرِ كُفْرٌ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلّ إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ . فَكُلُّ مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسِ مَعْصِيَةٍ وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِمْ يَكُونُ مَعَهُمْ فِي الْوِزْرِ سَوَاءً Ayat ini menunjukkan wajibnya menjauhi pelaku maksiat ketika mereka menampakkan kemungkaran. Karena orang yang tidak menjauhi kemungkaran mereka, berarti ridha dengan perbuatan mereka. Dan ridha dengan perbuatan kekufuran adalah kekufuran. Allah menegaskan, “Berarti kalian seperti mereka.” Sehingga semua yang duduk bersama di majlis maksiat, dan tidak menghingkarinya, maka dosa mereka sama. Tafsir al-Qurthubi, 5/418. Hubungan Suami, Istri & Anak Ketika suami sebagai kepala rumah tangga, membiarkan istrinya atau putrinya bermaksiat, menampakkan aurat, maka kepala keluarga turut mendapatkan dosanya. Karena berarti dia menyetujui kemaksiatan yang dilakukan keluarganya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahkan memberikan ancaman keras bagi suami semacam ini, dan beliau sebut dengan gelar dayuts lelaki tanpa cmburu. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ Ada tiga orang yang tidak akan Allah lihat pada hari kiamat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang meniru gaya lelaki, dan dayuts. HR. Ahmad 6180, Nasai 2562, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth. Mengenai pengertian dayuts, dalam kamus al-Misbah dinyatakan, أن الديوث هو الرجل الذي لا غيرة له على أهله Dayuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya. al-Mishbah al-Munir, madah da – ya – tsa. Berbeda ketika suami telah mengingatkan istrinya atau putrinya untuk meninggalkan yang terlarang, sudah diberi peringatan, bahkan ancaman dan hukuman, namun mereka tetap melanggar, dan suami tidak bisa mengambil tindakan apapun, maka suami tidak menanggung dosa mereka. Sebagaimana ini yang terjadi pada Nabi Nuh dan Nabi Luth. Istri kedua orang soleh ini mengkhianati suaminya. Mereka turut dihukum oleh Allah, setelah Allah menyelamatkan kedua nabi-Nya – alaihis shalatu was salam –. Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK 🔍 Pembagian Nafsu, Definisi Hadits Qudsi, Gambar Makam Ibrahim, Al Matsurat Rumaysho, Cara Mengusir Jin Dalam Tubuh, Ciuman Bibir Suami Istri Dalam Islam KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28

Dalamhadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan nilai dosa akibat menjadi pelopor maksiat, مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء

Muslimahdaily - Seorang wanita diciptakan untuk melengkapi lelaki, dan salah satu cara masuk surga adalah dengan Taat kepada Seorang Suami. Untuk kalian yang ingin menikah maupun sudah menikah mari sejenak membaca artikel ini agar kita terhidar dari dosa yang tanpa sadar dilakukan. 1. Membicarakan AIB Suami kepada orang lain Sungguh ironis saat ini banyak manusia yang tidak malu untuk membicarakan Aib dirinya sendiri bahkan bangga memperlihatkannya. Demikian juga saat ini banyak yang terlalu sibuk mengurusi Aib orang lain hingga terlupa dengan dosa yang telah di perbuatnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” QS An Nur 19. Di dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallahu alaihi wasalam bersabda yang artinya “Barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” HR Muslim Di dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallahu alaihi wasalam bersabda yang artinya “Tidaklah seorang hamba menutupi aib seorang hamba yang lain di dunia melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” HR Muslim. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa membicarakan Aib orang lain itu dilarang terlebih lagi membuka Aib Suami sendiri. …” isteri-isterimu, mereka itu adalah pakaian bagi kamu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka” QS. Al-Baqarah 187 “Dari Abu Sa’id al-Kudriy, Ia berkata, Rasulullah Shallahu alaihi wasalam bersabda “Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di Hari kiamat adalah seorang laki-laki suami yang bercampur bersetubuh dengan isterinya, kemudian membeberkan rahasia isteri-nya tersebut.” HR. Muslim Seorang Suami maupun Istri di ibaratkan seperti pakaian jadi ketika membicarakan aib satu sama lain kepada orang lain sebenarnya ia telah membuka aib nya sendiri. 2. Tidak Mentaati Suami / Nusyus Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasalam "Wanita Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat dan Allah dan malaikat serta semua manusia." “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” QS. An Nisa’ 34 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” HR. An-Nasai Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya. Andaikan suami meminta dirinya padahal ia sedang berada di atas punggung unta, maka ia isteri tetap tidak boleh menolak. HR. Ibnu Majah . Mentaati suami wajib hukumnya jika itu termasuk kedalam alasan syar’i. namun jika suami memerintahkan untuk berbuat maksiat maka seorang istri di haruskan untuk menolaknya. “Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat maksiat akan tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik.” HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud . 3. Tidak bersyukur terhadap nafkah yang diberikan suami Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut tidak pernah merasa cukup.” HR. an-Nasa-i “Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rasulullah, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab, “Para wanita.” Seorang Shahabat bertanya, “Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudari-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab, “Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian musibah, mereka tidak bersabar.” HR. Ahmad . 4. Tidak memenuhi ajakan biologis suami Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasalam, "Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur, ia tidak datang niscaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh." HR. Bukhari dan Muslim. 5. Cemburu Berlebihan Pada dasarnya wanita memiliki sifat cemburu namun jangan jadikan perasaan cemburu tersebut menjadi berperasangka buruk terhadap suami terlebih lagi tidak memiliki bukti yang kuat. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain” al-Hujurat 12. Agar keluarga bahagia, cemburulah sewajarnya tidak berlebih-lebihan dan selalu berpikir positif. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, Kecemburuan seorang wanita adalah kekufuran, sedangkan kecemburuan seorang laki-laki adalah keimanan. Jadikan Perasaan cemburumu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Ali Imron 31 6. Berhias bukan untuk Suami. firman Allah "Janganlah mereka perempuan-perempuan menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya." Nur 31 . Hadis Rasullullaah Shallahu alaihi wasalam. “ Dari Anas ra, Rasullullah Shallahu alaihi wasalam. Bersabda Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, yaitu keras menjaga kehormatanya, pandai membangkitkan syahwat suaminya. “ HR. Dailami . 7. Tidak menutup Aurat dan menjaga diri. Dari Aisyah, Rasullullah Shallahu alaihi wasalam. Bersabda “ seorang istri yang membuka kain kepalanya diluar rumah suaminya, maka berarti ia telah mengoyak tabir yang mendinding dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.” . “Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka.” QS. An Nisa 34. Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasullullaah Shallahu alaihi wasalam. Bersabda “ Setiap orang di antaramu adalah penanggung jawab dan setiap orang diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah penanggung jawab atas umatnya, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang suami penanggung jawab atas keluarganya, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya, seorang istri penanggung jawab atas rumah tangga suaminya Bila suami pergi, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya.“ HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi . Dari Abdullah bin Salam ra, Rasullullah Shallahu alaihi wasalam. Bersabda “Seabaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi .“ HR. Thabarani 8. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasalam "Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya." HR. Al Khatib . Seorang istri harus izin kepada suaminya untuk keluar rumah termasuk untuk ke rumah orang tuanya. Dikisahkan, pada saat Ibunda Aisyah tertimpa ujian tuduhan dusta, ia ingin pulang ke rumah ayah bundanya. Ia tidak langsung pulang begitu saja, tetapi meminta izin dulu kepada suami. Ia bertanya, “Apakah Anda wahai Rasulullah mengizinkan saya untuk mendatangi kedua orang tua saya?” HR. al-Bukhari .\ Dikisahkan, “Seorang lelaki yang keluar bermusafir telah berpesan kepada istrinya agar tidak turun keluar rumah dari tingkat atas ke tingkat bawah. Bapak istrinya itu, yang tinggal di tingkat bawah, lalu jatuh sakit. Kemudian istrinya mengutus seorang perempuan kepada Rasulullah Shallahu alaihi wasalam agar memberi izin kepadanya turun untuk menziarahi bapaknya yang sedang sakit. Nabi Shallahu alaihi wasalam mengatakan, Taatilah suamimu.’ Sampai suatu ketika sang ayah pun wafat. Si istri lalu mengutus lagi seseorang kepada Rasulullah. Nabi Shallahu alaihi wasalam mengatakan, Taatilah suamimu.’ Jenazah bapaknya pun dikebumikan. Lalu Rasulullah Shallahu alaihi wasalam mengutus seseorang kepada si istri untuk memberitakan bahwa Allah telah menghapuskan dosa-dosa bapaknya lantaran ketaatannya kepada suami.” 9. Tidak menghormati keluarga Suami Seorang Istri harus menghormati keluarga suaminya terutama orang tuanya,Dalam sebuah hadits shahih, diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Shallahu alaihi wasalam, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” apabila sudah menikah. Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” HR. Muslim Seorang sahabat, Jabir Ra menceritakan Suatu hari datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallahu alaihi wasalam, ia berkata, “Ya Rasulallah, saya memiliki harta dan anak, dan bagaimana jika bapak saya menginginkan meminta harta saya itu?Rasulullah menjawab, “Kamu dan harta kamu adalah milik ayahmu”. HR. Ibnu Majah dan At- Thabrani . 10. Melupakan Kebaikan Suami Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Diperlihatkan Neraka kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita, mereka kufur.” Para Shahabat bertanya “Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?” Rasul menjawab “Tidak, mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan, Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu sekalipun.’” HR. Bukhari dan Muslim Dari Abdullah bin Amr ra, ujarnya Rasullullah Shallahu alaihi wasalam. Bersabda “Allah tidak mau melihat istri yang tidak berterima kasih atas kebaikan suaminya.“ HR. Nasa’I . 11. Puasa Sunah tanpa Izin Suami Dari Abu Hurairah ra, Nabi Shallahu alaihi wasalam. Bersabda “ siapa saja istri berpuasa Sunah tanpa ijin suaminya, lalu suaminya mengajak bercampur, tetapi ia menolaknya Karena sedang berpuasa, maka Allah tetapkan ia berbuat tiga dosa besar.” HR. Thayalisi . Dari Abu Hurairah ra, Rasullullah Shallahu alaihi wasalam bersabda “ tidak dihalalkan bagi seorang istri berpuasa sunat ketika suaminya dirumah, melainkan dengan ijin suaminya dan tidak boleh bagi istri mengijinkan orang lain masuk kerumahnya melainkan dengan ijin suaminya.“ HR. Bukhari dan Muslim . 12. Memasuki Tamu kedalam rumah tanpa izin suami Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Hak kalian para suami atas mereka para istri adalah mereka tidak memasukkan seorangpun yang tidak kalian sukai ke rumah kalian. Jika mereka melakukannya, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menimbulkan bekas.” HR. Muslim 13. Menyakiti hati suami dengan Lisannya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang istri menyakiti suaminya di dunia, maka calon istrinya di akhirat dari kalangan bidadari akan berkata “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah mencelakakanmu sebab ia hanya sementara berkumpul denganmu. Sebentar lagi ia akan berpisah dan akan kembali kepada kami.” HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” HR. An-Nasai rtEu.
  • 9kot42icgx.pages.dev/507
  • 9kot42icgx.pages.dev/389
  • 9kot42icgx.pages.dev/322
  • 9kot42icgx.pages.dev/434
  • 9kot42icgx.pages.dev/350
  • 9kot42icgx.pages.dev/227
  • 9kot42icgx.pages.dev/496
  • 9kot42icgx.pages.dev/339
  • hadits dosa istri ditanggung suami